Halo, apa
kabarnya? Semoga semakin sehat dan semakin semangat selalu :). Pada
kesempatan kali ini, saya akan sharing tentang bagaimana membuka bisnis Animasi dengan modal minim alias tanpa
modal besar. Pembahasan ini saya angkat, dikarenakan ada pertanyaan yang
masuk kepada saya yang intinya menanyakan: "apakah bisa untuk membuka bisnis Animasi dengan modal yang kecil
(minim)?".
|
Pertanyaan
yang sangat menarik ini diajukan oleh seorang pelajar bernama Widi yang
tinggal di Medan. Saya akan menjawab pertanyaan ini. Semoga dapat memuaskan
Widi dan juga para pembaca setia rubrik Animasi MedanBisnis.
Banyak orang-orang yang mengira untuk membuka bisnis Animasi butuh modal uang atau budget yang besar. Pandangan ini tidaklah tepat. Karena jika Anda kreatif dan punya semangat tinggi, Anda bisa membuka bisnis Animasi dengan modal yang minim bahkan nyaris tanpa modal. Lho, kok bisa? Uangnya darimana? Kan gak mungkin jatuh dari langit... Ya iyalah, masa ya iya dong. Hehehe. Ada banyak cara dan jalan yang dapat Anda lakukan. Contohnya: ketika membuka bisnis pertama saya yakni studio Animasi, modal saya bukan uang atau fresh money, melainkan saya manfaatkan modal yang ada dulu. Untuk tempat bisnis, saya pakai kamar tidur saya. Siang jadi kamar studio, malam jadi kamar tidur, beres kan... Hehehe. Untuk peralatannya berupa komputer, kursi dan meja, saya menggunakan komputer bekas kuliah dan meja kursi yang ada di rumah. Ternyata bisa kan? Buka bisnis gak perlu modal uang yang banyak... Cukup dengan memanfaatkan barang yang ada disertai dengan semangat yang tinggi. Contoh lainnya: ketika saya membuka bisnis kursus Animasi. Saya tidak membeli komputer yang banyak untuk memulai kursus, melainkan saya memakai komputer yang saya pakai bekas kuliah untuk dipakai juga tidak hanya mengerjakan project-project Animasi, tetapi untuk kursus Animasi bagi siswa. Ternyata bisa kan buka kursus Animasi tanpa modal besar untuk beli komputer-komputer baru? ;) Kelak setelah terkumpul modal dari keuntungan mengajar Animasi, baru dibelikan beberapa unit komputer untuk melengkapi kursus Animasinya. Jangan menunggu punya modal besar dulu untuk memulai membuka bisnis Animasi Anda. Jangan menunda membuka bisnis Animasi karena tidak ada modal uang. Yang terpenting mulai buka dulu bisnisnya. Kecil-kecilan dulu gak apa-apa. Nanti, kan seiring waktu dan proses akan tumbuh dan berkembang menjadi besar bisnis Animasinya. |
Goresan Mimpi
Kamis, 03 Maret 2016
Assalamualaikum
Warrahmatullah hi Wabarakaatuh... Apa kabar?? jumpa lagi dengan saya Angga
Rizki Riyandi. Bagaimana kabar sobat-sobat semua hari ini? Semoga kita selalu
diberi nikmat kesehatan serta limpahan rezeki oleh Allah SWT aamiinn.. Pada
postingan ini saya ingin bercerita sedikit bagaimana sebuah desain dapat tercipta
Selama menjadi seorang Desainer
Grafis saya sering sekali bertemu dengan beberapa client (pelanggan) yang meminta
hasil bagus dalam waktu yang cepat, seperti magic. Semudah Harry Potter
mengayunkan tongkat ajaibnya. Secepat larinya mahasiswa yang menahan b*ker
waktu ujian. Oh Bung, kenyataanya sangat berbeda, bahkan tak sedikt yang hanya minta di gratisin karena alasan teman/karib dekat. Coba sesekali tanyakanlah
sebuah proses mendesain kepada desainer grafis.

1. Belajar

2. Berlatih

3. Investigasi
Etika desainer grafis adalah mengerti dengan baik
informasi tentang klien, profilnya maupun karakternya. Semakin banyak mengerti
semakin baik. Beragam informasi yang telah didapatkan oleh desainer grafis
tersebut kemudian menjadi bahan untuk mengeksekusi ide kreatif. Tahap
investigasi ini sangat penting demi menghasilkan ide-ide yang faktual dan
relevan.
4. Pencerahan
Pada tahap ini, ide mulai bermunculan, terkadang banyak sampai kebingungan mencatat ide-idenya. Namun terkadang juga mampet, tak muncul sama sekali. Ketika ide-ide itu muncul, perlu dimatangkan atau menggabungkan beberapa potongan ide yang dapat dikombinasikan menjadi lebih baik.
5. Penyaringan
6. Eksekusi
Sebenarnya semua tahapan di atas menunjukkan selesainya pekerjaan kita sebagai desainer grafis. Namun, terakhir adalah keputusan klien, apabila ingin direvisi, berarti bertambah lagi proses revisi. Menambah maupun mengurangi desain yang dibuat, sesuai dengan keinginan klien. Inilah yang biasanya menjadi keluh kesah desainer grafis. Hampir mirip sepeti revisi skripsi. Sakitnya tuh disini, bung. Oleh karena itu, diperlukan pengertian antara klien dan desainer grafis untuk saling memahami agar tercipta desain yang win-win solution.
Semoga teman-teman disini mengerti, untuk
menghasilkan sebuah desain tidak semudah menjilat sikut sendiri. Hehe.....
(jangan dicoba ya gan :v)
Langganan:
Postingan (Atom)